weew, kenapa gampang, sesulit apapun soal itu kalau terdapat kata "jika" pastila menjadi mudah... yang sulit adalah menemukan "jika" didalam dunia nyata / "real problem solving". x dalam dunia nyata, y dalam dunia nyata, z dalam dunia nyata,,,, itulah yang sulit, mengubah bahasa rumus kedalam bahasa nyata..
sama halnya dengan rumus ampuh ini, "Rumus Tukang Parkir" . sepele tapi bermakna, seperti apakah isi dari rumus tukang parkir tersebut,
1. tukang parkir, ia mempunyai mobil/ motor yang banyak tapi ia tidaklah sombang
2. tukang parkir, ia mempunyai mobil/ motor yang mewah tapi ia tidak riya'
3. tukang parkir, ketika mobi/ motor di ambil sang pemiliknya ia tetap ikhlas
kenapa? karena tukang parkir hanya merasa tertitipi, sedangkan ia percaya bahwa suatu saat nanti semua yang menjadi amanahnya akan di minta oleh sang pemilik.
gampang bukan rumus diatas? masyaAllah, untuk mempraktekkan ke dalam dunia nyata itu sungguh diperlukan hati yang qonaah, ikhlas, dan iman yang kuat. tak akan ada lagi kesedihan, galau, marah, putus asa jika rumus tersebut mampu di praktekkan ke dalam real problem solving nya...
إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهَ رَاجِعُوْنَ
“Sesungguhnya kita milik Allah dan kepada-Nya kita kembali.”
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
وَبَشِّرِ
الصَّابِرِيْنَ. الَّذِيْنَ إِذَا أَصَابَتْهُمْ مُصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا
لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُوْنَ. أُولَئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ
مِنْ رَبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُهْتَدُوْنَ
“Dan
berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu)
orang-orang yang apabila ditimpa musibah mereka mengucapkan: ‘Inna
lillahi wa inna ilaihi raji’un.’ Mereka itulah yang mendapat keberkahan
yang sempurna dan rahmat dari Rabb mereka, dan mereka itulah orang-orang
yang mendapat petunjuk.” (Al-Baqarah: 155-157)
Seorang
mukmin hendaklah yakin bahwa apa yang ditakdirkan Allah Subhanahu wa
Ta’ala niscaya akan menimpanya, tidak meleset sedikit pun. Sedangkan apa
yang tidak ditakdirkan oleh-Nya pasti tidak akan menimpanya.
Allah
Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
مَا
أَصَابَ مِنْ مُصِيْبَةٍ فِي اْلأَرْضِ وَلاَ فِي أَنْفُسِكُمْ إِلاَّ فِي
كِتَابٍ مِنْ قَبْلِ أَنْ نَبْرَأَهَا إِنَّ ذَلِكَ عَلَى اللهِ يَسِيْرٌ.
لِكَيْ لاَ تَأْسَوْا عَلَى مَا فَاتَكُمْ وَلاَ تَفْرَحُوا بِمَا
ءَاتَاكُمْ وَاللهُ لاَ يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُوْرٍ
“Tiada
suatu bencana pun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu
sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauh Mahfuzh) sebelum Kami
menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.
(Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita
terhadap apa yang luput dari kamu dan supaya kamu jangan terlalu gembira
terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai
setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri.” (Al-Hadid: 22-23)
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَا
يَزَالُ الْبَلاَءُ بِالْمُؤْمِنِ وَالْمُؤْمِنَةِ فِي جَسَدِهِ وَمَالِهِ
وَوَلَدِهِ حَتَّى يَلْقَى اللهَ وَمَا عَلَيْهِ خَطِيْئَةٌ
“Senantiasa
bala` (cobaan) menimpa seorang mukmin dan mukminah pada tubuhnya, harta
dan anaknya, sehingga ia berjumpa dengan Allah dalam keadaan tidak
memiliki dosa.” (HR. Ahmad, At-Tirmidzi, dan lainnya, dan
dinyatakan hasan shahih oleh Asy-Syaikh Al-Albani dalam Shahih Sunan
At-Tirmidzi, 2/565 no. 2399)
‘Al-Imam
Ibnul Jauzi menyebutkan beberapa perkara untuk mengobati musibah
sehingga seorang tidak berlarut-larut dalam kesedihan yang bisa
membinasakan dan mengabaikan hak dan kewajiban, yaitu:
- Mengetahui bahwa dunia tempat ujian dan petaka serta bahwa musibah suatu hal yang pasti terjadi.
-
Memperkirakan adanya orang yang ditimpa musibah lebih besar dan banyak
dari musibahnya, serta melihat keadaan orang yang ditimpa musibah
seperti musibahnya sehingga ia terhibur karena bukan hanya dia saja yang
terkena musibah.
- Meminta ganti yang lebih baik kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan mengharap pahala dari kesabarannya.
(Diambil dari kitab Tasliyatu Ahlil Masha`ib karya Al-Imam Muhammad Al-Munbajja Al-Hanbali -dengan ringkas- hal. 13-22)
semoga kita dikembalikan dalam keadaan bercahaya lagi mulia, aamiin