Baby Hello Kitty

Thursday, November 7, 2013

Garam dan Telaga


Suatu ketika, hiduplah seorang tua yang bijak. Pada suatu pagi, datanglah seorang anak muda yang sedang dirundung banyak masalah. Langkahnya gontai dan air muka yang ruwet. Tamu itu, memang tampak seperti orang yang tak bahagia.
Tanpa membuang waktu, orang itu menceritakan semua masalahnya. Pak Tua yang bijak, hanya mendengarkannya dengan seksama. Ia lalu mengambil segenggam garam, dan meminta tamunya untuk mengambil segelas air. Ditaburkannya garam itu kedalam gelas, lalu diaduknya perlahan. “Coba, minum ini, dan katakan bagaimana rasanya..”, ujar Pak tua itu.
“Pahit. Pahit sekali”, jawab sang tamu, sambil meludah kesamping.
Pak Tua itu, sedikit tersenyum. Ia, lalu mengajak tamunya ini, untuk berjalan ke tepi telaga di dalam hutan dekat tempat tinggalnya. Kedua orang itu berjalan berdampingan, dan akhirnya sampailah mereka ke tepi telaga yang tenang itu.
Pak Tua itu, lalu kembali menaburkan segenggam garam, ke dalam telaga itu. Dengan sepotong kayu, dibuatnya gelombang mengaduk-aduk dan tercipta riak air, mengusik ketenangan telaga itu. “Coba, ambil air dari telaga ini, dan minumlah. Saat tamu itu selesai mereguk air itu, Pak Tua berkata lagi, “Bagaimana rasanya?”.
“Segar.”, sahut tamunya.
“Apakah kamu merasakan garam di dalam air itu?”, tanya Pak Tua lagi.
“Tidak”, jawab si anak muda.
Dengan bijak, Pak Tua itu menepuk-nepuk punggung si anak muda. Ia lalu mengajaknya duduk berhadapan, bersimpuh di samping telaga itu. “Anak muda, dengarlah. Pahitnya kehidupan, adalah layaknya segenggam garam, tak lebih dan tak kurang. Jumlah dan rasa pahit itu adalah sama, dan memang akan tetap sama.
“Tapi, kepahitan yang kita rasakan, akan sangat tergantung dari wadah yang kita miliki. Kepahitan itu, akan didasarkan dari perasaan tempat kita meletakkan segalanya. Itu semua akan tergantung pada hati kita. Jadi, saat kamu merasakan kepahitan dan kegagalan dalam hidup, hanya ada satu hal yang bisa kamu lakukan. Lapangkanlah dadamu menerima semuanya. Luaskanlah hatimu untuk menampung setiap kepahitan itu.”
Pak Tua itu lalu kembali memberikan nasehat. “Hatimu, adalah wadah itu. Perasaanmu adalah tempat itu. Kalbumu, adalah tempat kamu menampung segalanya. Jadi, jangan jadikan hatimu itu seperti gelas, buatlah laksana telaga yang mampu meredam setiap kepahitan itu dan merubahnya menjadi kesegaran dan kebahagiaan.”
Keduanya lalu beranjak pulang. Mereka sama-sama belajar hari itu. Dan Pak Tua, si orang bijak itu, kembali menyimpan “segenggam garam”, untuk anak muda yang lain, yang sering datang padanya membawa keresahan jiwa.

Bidadari untuk Umar ra


Umar bin Khattab r.a adalah salah satu sahabat yang menjadi mertua dari Rasulullah SAW. Sewaktu anaknya yaitu Hafsah r.a hendak dicarikan jodoh maka Umar bin Khattab menawarkannya kepada Abu Bakar As Shiddiq r.a dan Utsman bin Affan r.a tapi kedua sahabat utama itu diam saja tidak menyambut tawaran Umar. Dalam hati Umar bin Khattab merasa sedih karena dua orang sahabat itu yang paling dianggap sekufu dengan anak perempuannya yang bernama Hafsah tidak menyambut tawarannya. Maka ia pergi mengadukan dua orang sahabatnya itu kepada Rasulullah SAW. Rasulullah SAW tersenyum menanggapi pengaduan Umar bin Khattab r.a dan berkata,” Sesungguhnya Hafsah akan memperoleh suami yang lebih baik dari Utsman dan Utsman akan memperoleh istri yang lebih baik dari Hafsah.” Ternyata Rasulullah SAW yang meminang Hafsah untuk dijadikan istri beliau sedangkan Utsman bin Affan dinikahkan dengan puteri Rasulullah SAW yang bernama Umi Kultsum r.a

Sejak saat pernikahan Rasulullah SAW dengan Hafsah hati Umar bin Khattab r.a begitu bergembira, ia juga tidak merasa minder lagi bila berdampingan dengan Sahabat Abu Bakar As Shiddiq karena sahabatnya itu selain sebagai sahabat Nabi juga merangkap sebagai mertua Nabi maka kini Umar bin Khattab r.a bisa bernafas lega bisa mengikuti jejak Abu Bakar As Shiddiq r.a.

Semenjak Umar bin Khattab memeluk Islam kaum muslimin seakan memperoleh suatu kekuatan yang sangat besar. Sejak itulah mereka berani solat dan tawaf dikaabah secara terang-terangan. Umar r.a. adalah seorang yang wara, ia sangat teliti dalam mengamalkan Islam. Umar r.a. mempelajari surah Al-Baqoroh selama 10 tahun, ia kemudian melapor kepada Rasulullah s.a.w. , “Wahai Rasulullah s.a.w. apakah kehidupanku telah mencerminkan surah Al-Baqoroh, apabila belum maka aku tidak akan melanjutkan ke surah berikutnya”.Rasulullah s.a.w. menjawab, “Sudah..”!. Umar r.a. mengamalkan agama sesuai dengan kehendak Allah s.w.t. Kerana kesungguhannya inilah maka banyak ayat di Al-Quran yang diturunkan Allah s.w.t. berdasarkan kehendak yang ada pada hatinya, seperti mengenai pengharaman minuman keras, ayat mengenai hijab, dan beberapa ayat Al-Quran lainnya.

Rasulullah s.a.w. seringkali menceritakan kepada para sahabatnya mengenai perjalannya mi’raj menghadap Allah s.w.t. Rasulullah s.a.w. sering pula menceritakan bagaimana keadaan surga yang dijanjikan Allah s.w.t. kepada sahabat-sahabatnya. Suatu hari ketika Rasulullah s.a.w. dimi’rajkan menghadap Allah s.w.t. malaikat Jibril a.s. memperlihatkan kepada Rasulullah s.a.w. taman-taman surga. Rasulullah s.a.w. melihat ada sekumpulan bidadari yang sedang bercengkrama. Ada seorang bidadari yang begitu berbeda dari yang lainnya. Bidadari itu menyendiri dan tampak sangat pemalu. Rasulullah s.a.w. bertanya kepada Jibril a.s., “Wahai Jibril, bidadari siapakah itu”?. Malaikat Jibril a.s. menjawab, “Bidadari itu adalah diperuntukkan bagi sahabatmu Umar r.a.”. Pernah suatu hari ia membayangkan tentang surga yang engkau ceritakan keindahannya. Ia menginginkan untuknya seorang bidadari yang berbeda dari bidadari yang lainnya. Bidadari yang diinginkannya itu berkulit hitam manis, dahinya tinggi, bagian atas matanya berwarna merah, dan bagian bawah matanya berwarna biru serta memiliki sifat yang sangat pemalu. Kerana sahabat-mu itu selalu memenuhi kehendak Allah s.w.t. maka saat itu juga Allah s.w.t. menjadikan seorang bidadari untuknya sesuai dengan apa yang dikehendaki hatinya”.

Inilah sebagian keutamaan dari Umar bin Khattab r.a. Allah begitu sayang kepadanya karena pengorbanannya dalam memenuhi perintah Allah yang dilaksanakan dengan kesungguhan dan tulus ikhlas. Adakah kita ingin mengikuti jejaknya..?

Mangkuk yang Cantik, Madu, dan Sehelai Rambut….


Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam, Abu Bakar, Umar, dan Utsman datang bertamu ke rumah Ali. Di sana mereka dijamu oleh Fathimah, putri RasulullahShallallahu Alaihi Wasallam, sekaligus istri Ali bin Abi Thalib. Fathimah menghidangkan untuk mereka semangkuk madu. Ketika mangkuk itu diletakkan, sehelai rambut jatuh melayang dekat mereka.
Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam segera meminta para sahabatnya untuk membuat perbandingan terhadap ketiga benda tersebut, yaitu mangkuk yang cantik, madu, dan sehelai rambut. 
Abu Bakar yang mendapat giliran pertama segera berkata,
♥ “Iman itu lebih cantik dari mangkuk yang cantik ini. Orang yang beriman itu lebih manis dari madu, dan mempertahankan iman itu lebih susah dari meniti sehelai rambut.”
Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam tersenyum, lalu beliau menyuruh Umar untuk mengungkapkan kata-katanya. Umar segera berkata,
♥ “Kerajaan itu lebih cantik dari mangkuk yang cantik ini. Rajanya lebih manis dari madu, dan memerintah dengan adil itu lebih sulit dari meniti sehelai rambut.”
Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam kembali tersenyum, lalu berpaling kepada Utsman seraya mempersilakannya untuk membuat perbandingan tiga benda di hadapan mereka. Utsman berkata,
♥ “Ilmu itu lebih cantik dari mangkuk yang cantik ini. Orang yang menuntut ilmu itu lebih manis dari madu, dan beramal dengan ilmu yang dimiliki itu lebih sulit dari meniti sehelai rambut.”
Seperti semula, Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam kembali tersenyum kagum mendengar perumpamaan yang disebutkan para sahabatnya. Beliau pun segera mempersilakan Ali bin Abi Thalib untuk mengungkapkan kata-katanya. Ali berkata, ♥
“Tamu itu lebih cantik dari mangkuk yang cantik ini. Menjamu tamu itu lebih manis dari madu, dan membuat tamu senang sampai kembali pulang ke rumahnya adalah lebih sulit dari meniti sehelai rambut.”
Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam segera mempersilakan Fathimah untuk membuat perbandingan tiga benda di hadapan mereka. Fathimah berkata,
♥ “Seorang wanita itu lebih cantik dari sebuah mangkuk yang cantik. Wanita yang mengenakan purdah itu lebih manis dari madu, dan mendapatkan seorang wanita yang tak pernah dilihat orang lain kecuali muhrimnya lebih sulit dari meniti sehelai rambut.”
Setelah mendengarkan perumpamaan dari para sahabatnya, Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam segera berkata,
♥ “Seorang yang mendapat taufiq untuk beramal lebih cantik dari mangkuk yang cantik ini. Beramal dengan perbuatan baik itu lebih manis dari madu, dan berbuat amal dengan ikhlas, lebih sulit dari meniti sehelai rambut.”
Malaikat Jibril yang hadir bersama mereka, turut membuat perumpamaan,
♥ “Menegakkan pilar-pilar agama itu lebih cantik dari sebuah mangkuk yang cantik. Menyerahkan diri, harta, dan waktu untuk agama lebih manis dari madu, dan mempertahankan agama sampai akhir hayat lebih sulit dari meniti sehelai rambut.”
Allah Subhnahu WaTa’Ala pun membuat perumpamaan dengan firman-Nya dalam hadits Qudsi,
♥“Surga-Ku itu lebih cantik dari mangkuk yang cantik itu. Nikmat surga-Ku itu lebih manis dari madu, dan jalan menuju surga-Ku lebih sulit dari meniti sehelai rambut.”
♥♥ Semoga bermanfaat…

Thursday, October 3, 2013

Do'a Nabi Ibrahim

Bismillahirrahmanirrahiim...

Robbana waj'alna muslimaini laka wa min dzuriyatina muslimatal lak
wa arina manasikana wa tub'alaina
innaka antat tawwabur rohim
Artinya : 
Ya Tuhan kami, jadikanlah kami berdua orang yang tunduk patuh kepada Engkau dan (jadikanlah) di antara anak cucu kami umat yang tunduk patuh kepada Engkau

dan tunjukkanlah kepada kami cara-cara dan tempat-tempat ibadah haji kami, dan terimalah taubat kami. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang
[QS. Al Baqarah Ayat 128]

Wednesday, October 2, 2013

Kisah Cinta dan Kebesaran Hati Salman al-Farisi

Salman al Farisi adalah salah seorang sahabat Nabi saw yang berasal dari Persia. Salman sengaja meninggalkan kampung halamannya untuk mencari cahaya kebenaran. Kegigihannya berbuah hidayah Allah dan pertemuan dengan Nabi Muhammad saw di kota Madinah. Beliau terkenal dengan kecerdikannya dalam mengusulkan penggalian parit di sekeliling kota Madinah ketika kaum kafir Quraisy Mekah bersama pasukan sekutunya datang menyerbu dalam perang Khandaq.
Berikut ini adalah sebuah kisah yang sangat menyentuh hati dari seorang Salman Al Farisi: tentang pemahamannya atas hakikat cinta kepada perempuan dan kebesaran hati dalam persahabatan.
Salman Al Farisi sudah waktunya menikah. Seorang wanita Anshar yang dikenalnya sebagai wanita mu’minah lagi shalihah juga telah mengambil tempat di hatinya. Tentu saja bukan sebagai pacar. Tetapi sebagai sebuah pilihan untuk menambatkan cinta dan membangun rumah tangga dalam ikatan suci.
Tapi bagaimanapun, ia merasa asing di sini. Madinah bukanlah tempat kelahirannya. Madinah bukanlah tempatnya tumbuh dewasa. Madinah memiliki adat, rasa bahasa, dan rupa-rupa yang belum begitu dikenalnya. Ia berfikir, melamar seorang gadis pribumi tentu menjadi sebuah urusan yang pelik bagi seorang pendatang. Harus ada seorang yang akrab dengan tradisi Madinah berbicara untuknya dalam khithbah, pelamaran.
Maka disampaikannyalah gelegak hati itu kepada shahabat Anshar yang telah dipersaudarakan dengannya,Abu Darda’.
”Subhanallaah. . wal hamdulillaah. .”, girang Abu Darda’ mendengarnya. Keduanya tersenyum bahagia dan berpelukan. Maka setelah persiapan dirasa cukup, beriringanlah kedua shahabat itu menuju sebuah rumah di penjuru tengah kota Madinah. Rumah dari seorang wanita yang shalihah lagi bertaqwa.
”Saya adalah Abu Darda’, dan ini adalah saudara saya Salman seorang Persia. Allah telah memuliakannya dengan Islam dan dia juga telah memuliakan Islam dengan amal dan jihadnya. Dia memiliki kedudukan yang utama di sisi Rasulullah Shallallaahu ’Alaihi wa Sallam, sampai-sampai beliau menyebutnya sebagai ahli bait-nya. Saya datang untuk mewakili saudara saya ini melamar putri Anda untuk dipersuntingnya.”, fasih Abu Darda’ berbicara dalam logat Bani Najjar yang paling murni.
”Adalah kehormatan bagi kami”, ucap tuan rumah, ”menerima Anda berdua, shahabat Rasulullah yang mulia. Dan adalah kehormatan bagi keluarga ini bermenantukan seorang shahabat Rasulullah yang utama. Akan tetapi hak jawab ini sepenuhnya saya serahkan pada puteri kami.”
Abu Darda dan Salman menunggu dengan berdebar-debar. Hingga sang ibu muncul kembali setelah berbincang-bincang dengan puterinya.
”Maafkan kami atas keterusterangan ini”, kata suara lembut itu. Ternyata sang ibu yang bicara mewakili puterinya. ”Tetapi karena Anda berdua yang datang, maka dengan mengharap ridha Allah saya menjawab bahwa puteri kami menolak pinangan Salman. Namun jika Abu Darda’ kemudian juga memiliki urusan yang sama, maka puteri kami telah menyiapkan jawaban mengiyakan.”
Keterusterangan yang di luar kiraan kedua sahabat tersebut. Mengejutkan bahwa sang puteri lebih tertarik kepada pengantar daripada pelamarnya. Bayangkan sebuah perasaan campur aduk dimana cinta dan persaudaraan bergejolak berebut tempat dalam hati. Bayangkan sebentuk malu yang membuncah  dan bertemu dengan gelombang kesadaran. Ya, bagaimanapun Salman memang belum punya hak apapun atas orang yang dicintainya.
Namun mari kita simak apa reaksi Salman, sahabat yang mulia ini:
”Allahu Akbar!”, seru Salman, ”Semua mahar dan nafkah yang kupersiapkan ini akan aku serahkan pada Abu Darda’, dan aku akan menjadi saksi pernikahan kalian!
Betapa indahnya kebesaran hati Salman Al Farisi. Ia begitu faham bahwa cinta, betapapun besarnya, kepada seorang wanita tidaklah serta merta memberinya hak untuk memiliki. Sebelum lamaran diterima, sebelum ijab qabul diikrarkan, tidaklah cinta menghalalkan hubungan dua insan. Ia juga sangat faham akan arti persahabatan sejati. Apalagi Abu Darda’ telah dipersaudarakan oleh Rasulullaah saw dengannya. Bukanlah seorang saudara jika ia tidak turut bergembira atas kebahagiaan saudaranya. Bukanlah saudara jika ia merasa dengki atas kebahagiaan dan nikmat atas saudaranya.
“Tidaklah seseorang dari kalian sempurna imannya, sampai ia mencintai untuk saudaranya sesuatu yang ia cintai untuk dirinya.” [HR Bukhari]
Semoga kita bisa mengambil hikmah dari kisah Salman ini.

Salman al-Farisi

Salman al-Farisi adalah sahabat Nabi saw yang berasal dari Persia, Isfahan, warga suatu desa yang bernama Jai. Ayahnya seorang tokoh masyarakat yang paham betul tentang pertanian. Salman lah yang paling disayang oleh ayahnya, karena sangat sayangnya hingga ia tidak diperbolehkan keluar rumah, hanya diminta untuk berada disamping perapian. Salman dilahirkan dan membaktikan diri di lingkungan Majusi, sehingga ia lah yang bertanggung jawab atas nyala atau padamnya api tersebut.

Ayahnya pemilik tanah perahan yang luas, dan pada suatu hari ketika beliau sedang sibuk mengurus bangunan, beliau berkata kepada Salman "Wahai anakku, hari ini aku sibuk mengurusi bangunan, aku tidak sempat mengurusi tanah, cobalah engkau pergi kesana !" dan beliau juga menyuruh Salman untuk menyelesaikan beberapa pekerjaan disana.

Salman keluar menuju tanah ayahnya dan dalam perjalanan ia melewati salah satu gereja Nasrani. Ia mendengar suara-suara mereka yang sedang sembahyang. Ia tak mengerti mengapa ayahnya mengharuskan ia tinggal didalam rumah saja. Ketika Salaman melewati gereja itu, ia mendengar suara mereka sedang beribadah maka ia masuk ke dalam gereja itu untuk mengetahui apa yang sedang mereka lakukan.

Begitu ia melihat mereka sedang beribadah, Salman berkata dalam hati "Demi Allah, ini lebih baik dari agama yang kita anut selama ini." Ia pun tidak beranjak dari tempat itu hingga matahari terbenam dan ia tidak pergi ke tanah ayahnya. Salman bertanya kepada mereka, "Dari mana asal usul agama ini?" dan merekapun menjawab, "Dari Syam (Syiria)."

Salaman pun langsung pulang ke rumah ayahnya dan ayahnya telah mengutus seseorang untuk mencari Salman. Sementara ia tidak mengerjakan tugas yang telah diberikan oleh ayahnya. Maka ketika ia bertemu dengan ayahnya, beliau bertanya,"Anakku kemana saja kamu pergi?, Bukankah aku telah berpesan kepadamu untuk mengerjakan apa yang telah aku perintahkan?" Salman menjawab, "Ayah, aku melewati pada suatu kaum yang sedang beribadah di dalam gereja, ketika aku melihat ajaran agama mereka aku kagum. Demi Allah, aku tidak beranjak dari tempat itu sampai matahari terbenam."

"Wahai anakku, tidak ada kebaikan sedikitpun dalam agama itu. Agamamu dan agama ayahmu lebih bagus dari agama itu", Jawab sang ayah. Tetapi Salman pun membantah, "Demi Allah, sekali-kali tidak! Agama itu lebih bagus dari agama kita." Kemudian ayahnya pun khawatir dengan keadaan Salman, sehingga ia merantai kaki Salman dan memenjara Salman didalam rumah.

Suatu hari ada segerombolan orang Nasrani yang diutus untuk menemui Salman dan Salman berpesan kepada orang-orang Nasrani tersebut, "Jika ada rombongan dari Syiria yang terdiri dari para pedagang Nasrani, maka beritahulah aku". Ia juga meminta apabila para pedagang itu telah selesai urusannya dan akan kembali ke negrinya, memberiku izin untuk bisa menemui mereka.

Ketika para pedagang itu hendak pergi ke negrinya, mereka memberitahu kepada Salman, kemudian Salman melepas rantai besi yang mengikat kakinya dan ia pergi bersama mereka hingga tiba di Syiria. Sesampainya ia di Syiria, ia bertanya, "Siapakah orang yang ahli agama disini?",merekapun menjawab, "Uskup (Pendeta) yang tinggal di gereja." Kemudian, Salman menemui Pendeta itu dan berkata kepaadanya, "Aku sangat mencintai agama ini, dan aku ingin tinggal bersamamu, aku akan membantumu di gerejamu, agar aku dapat belajar denganmu dan beribadah bersama-sama kamu." Pendeta itu menjawab, "Silahkan."

Maka Salman pun tinggal dengannya. Ternyata Pendeta tersebut adalah seseorang yang jahat, dia menyuruh dan menganjurkan umatnya untnuk bersedekah, namun setelah sedekah itu terkumpul dan diserahkan kepadanya, ia menyimpan sedekah tersebut untuk dirinya sendiri, tidak diberikan kepada orang-orang miskin sehingga terkumpullah 7 peti emas dan perak. Salman sangat benci perbuatan Pendeta itu. Kemudian ia meninggal. Orang-orang Nasrani pun berkumpul untuk mengebumikannya. Ketika itu ia menyampaikan kepada khalayak, "Sebenarnya, pendeta ini adalahseorang yang berperangai buruk, menyuruh dan menganjurkan kalian untuk bersedekah. Tetapi jika sedekah itu telah terkumpul, dia menyimpanya untuk dirinya sendiri, tidak memberikannya kepada orang-orang miskin barang sedikitpun."

Mereka pun mempertanyakan apa yang telah Salman sampaikan, "Apa buktinya bahwa kamu mengetahui akan hal itu?" Salman menjawab, "Marilah aku tunjukkan kepada kalian simpanannya itu." Mereka berkata, "Baik tunjukkan simpanan tersebut kepada kami."

Lalu Salman memperlihatkan tempat penyimpanan sededkah itu. Kemudian mereka mengeluarkan sebanyak 7 peti yang penuh berisi emas dan perak. Setelah meeka menyaksikanbetapa banyakknya simpanan pendeta itu, mereka berkata, "Demi Allah, selamanya kami tidak menguburnya." Kemudian mereka menyalib pendeta itu pada tiang dan melempari jasadnya dengan batu.

Kemudian mereka mengangkat orang lain sebagai penggantinya. Salman tidak pernah melihaat seseorang yang tidak mengerjakan shalat lima waktu (bukan seorang muslim) yang lebih bagus dari dia, dia sangat zuhud, sangat mencintai akhirat, dan selalu beribadah siang malam. Maka Salman pun sangat mencintainya dengan cinta yang tidak pernah ia berikan kepada selainya. Ia ia tinggal bersamanya beberapa waktu.

Kemudian ketika kematiannya menjelang, ia berkata kepadanya, "Wahai Fulan, selama ini aku hidup bersamamu, dan aku sangat mencintaimu, belum pernah ada eorangpun yang aku cintai seperti cintaku kepadamu, padahal sebagaimana kamu lihat, telah menghampirimu saat berlakunya takdir Allah, kepada siapakah aku ini engkau wasiatkan, apa yang engkau perintahkan kepada ku?"

Orang itu berkata, "Wahai anakku, demi Allah, ekarang ini aku sudah tidak tahu lagi siapa yang mempunyai keyakinan seperti aku. Orang-orang yang aku kenal telah mati, dan masyarakatpun mengganti ajaran yang benar dan meninggalkannya sebagiannya, kecuali seorang yang tinggal di Mosul (kota di Irak), yakni Fulan, dia memegang keyakinan seperti aku ini, temuilah ia disana!".

Lalu tatkala ia telah wafat, Salman berangkat untuk menemui seseorang di Mosul. Ia berkata, "Wahai Fulan, sesungguhnya si Fulan telah mewasiatkan kepadaku menjelang kematiannya agar aku menemuimu, dia memberitahuku bahwa engkau memiliki keyakinan sebagaimana dia." Kemudian orang yang telah Salman temui berkata,"Silahkan tinggal bersamaku." Salman pun tinggal bersamanya. Salman dapati ia sangat baik sebagaimana yang diterangkan si Fulan kepadanya". Namun ia pun dihampiri kematian. Dan ketika kematian menjelang, Salman bertanya kepadanya, "Wahai Fulan, ketika itu si Sulan mewasiatkan aku kepadamu dan agar aku menemuimu, kini takdir Allah akan berlaku atasmu sebagaimana engkau maklumi, oleh karena itu kepada siapakah aku ini hendak engkau wasiatkan? Dan apa yang engkau perintahkan kepadaku?"

Orang itu berkata, "Wahai anakku, Demi Allah, tak ada seorangpun sepengetahuanku yang seperti aku kecuali seorang di Nashibin (kota di Aljazair), yakni Fulan. Temuilah ia !" Maka setelah beliau wafat, Salman menemui seseorang yang berada di Nashiban itu. Setelah Salman bertemu dengannya, ia menceritakan keadannya dan apa yang telah diperintahkan si Fulan kepadanya.

Orang itu berkata, "Silahkan tinggal bersamaku." Sekarang Salman mulai hidup bersamanya. Salman dapati ia benar-benar seperti si Fulan yang aku pernah hidup bersamanya. Aku tinggal bersama seseorang yang sangat baik. Namun, kematian hampir datang menjemputnya. Dan diambang kematiannya Salman berkata, "Wahai fulan, ketika itu si Fulan mewasiatkan aku kepada Fulan, dan kemarin Fulan mewasiatkan aku kepadamu? sepeninggalmu nanti kepada siapakah aku akan engkau wasiatkan? Dan apa yang akan engkau perintahkan kepadaku?"

Orang itu berkata, "Wahai anakku, Demi Allah, tidak ada seorangpun yang aku kenal sehingga aku perintahkan kamu untuk mendatanginya kecuali seseorang yang tinggal di Amuria (kota di Romawi). Orang itu menganut sebagaimmana yang selma ini kami pegang."

Setelah seseorang yang baik itu meninggal dunia, Salman pergi menuju Amuria. Salman menceritakan prihal keadaannya kepadanya. Dia berkata, "Silahkan tinggal bersamaku." salman pun hidup bersama seseorang yang ditunjuk oleh kawannya yang sekeyakinan. Di tempat orang itu Salman bekerja, sehingga ia memiliki beberapa ekor sapi dan kambing. Kemudian takdir Allah pun berlaku untuknya. Ketika itu Salman berkata, "Wahai Fulan, selama ini aku hidup bersama Fulan, kemudian dia mewasiatkan aku untuk menemui si Fulan, kemudian si Fulan juga mewasiatkan aku agar menemui Fulan, kemudian Fulan mewasiatkan aku untuk menemui mu, sekarang kepada siapakah aku ini akan engkau wasiatkan? Dan apa yang akan engkau perintahkan kepadaku?"

Orang itu berkata, "Wahai anakku, demi Allah, aku tidak akan mengetahui seorangpun yang akan aku perintahkan kamu untuk mendatanginya. Akan tetapi telah hampir tiba waktu munculnya seorang nabi, dia diutus denganmembawa ajaran nab Ibrahim. Nabi itu akan keluar diusir dari suatu tempat di Arab kemudian berhijtrah menuju daerah antara dua perbukitan. Diantara dua bukit itu tumbuh pohon-pohon kurma. Pada diri nabi itu terdapat tanda-tanda yang tidak dapat disembunyikan, dia mau makan hadiah tetapi tidak mau menerima sedekah, di antara kedua bahunya terdapat tanda cincin kenabian. Jika engkau bisa menuju daerah itu, berangkatlah kesana!" Kemudian orang tersebut meninggal dunia. Dan sepeninggalnya, Salman masih tinggal di Amuria sesuai dengan yan dikehendaki Allah.

Pada suatu hari, lewat di hadapan Salman serombongan orang dari Kalb, mereka adalah pedagang.Salman berkata kepada para pedagang itu, "Bisakah kalian membawaku menuju tanah Arab dengan imbalan sapi dan kambing-kambingku?" Mereka menjawab, "Ya". Lalu ia memberikan ternaknya kepada mereka. Mereka membawaku, namun ketika tiba di Wadil Qura, mereka menzhlimi Salman, dengan menjualnya sebagai budak ke tangan seorang Yahudi. Kini ia tinggal ditempat seorang Yahudi. Salman melihat pohon-pohon kurma, ia berharap, mudah-mudahan ini daerah sebagaimana yang telah disebutkan si fulan kepadanya. Salman tidak bisa hidup bebas.

Ketika Salman berada disamping orang Yahudi itu, keponakannya datang dari Madinah dari Bani Quraidzah. Ia membeli Salman darinya. Kemudian membawanya ke Madinah. Begitu Salman tiba di Madinah ia segera tahu berdasarkan apa yang disebutkan Fulan kepadaku. Sekarang ia tinggal di Madinah.

Allah mengutus seorang Rasulnya, dia telah tinggal di Mekkah beberapa lama, yang ia sendiri tidak pernah mendengar ceritanya karena kesibukannya sebagai seorang budak. Kemudian Rasul itu berhijrah ke Madinah. Demi Allah, ketika ia berada dipuncak pohon kurma majikannya karena ia bekerja di perkebunan, sementara majikannya duduk, tiba-tiba salah seorang keponakannya datang menghampiri, kemudian berkata, "Fulan, Celakalah Bani Qailah (suku Aus dan Khazraj). Mereka kin sedang berkumpul di Quba' menyambut seseorang yang datang dari Mekkah pada hari ini. Mereka percaya bahwa orang itu Nabi."

Tatkala Salman mendengar pembicaraannya, ia gemetar sehingga ia khawatir jatuh menimpa majikannya. Kemudian ia turun dari pohon dan bertanya kepada keponakan majikannya, "Apa tadi yang engkau katakan? Apa tadi yang engkau katakan?" Majikannya sanagt marah, dia memukulku dengan pukulan yang keras. Kemudian berkata,"Apa urusanmu menanyakan hal ini, Lanjutkan pekerjaanmu."

Salman menjawab, "Tidak ada maksud apa-apa, aku hanya ingin mencari kejelasan terhadap apa yang dikatakan. Padahal sebenarnya saya telah memiliki beberapa informasi mengenai akan diutusnya seorang Nabi itu."

Pada sore hari, Salman mengambil sejumlah bekal kemdian ia menuju Rasulullah saw, ketika itu beliau sedang berada di Quba, lalu ia menemui beliau. Salman berkata, "Telah sampai kepadaku kabar bahwasanya engkau adalah seorang yang shalih, engkau memiliki beberapa orang sahabat yang dianggap asing dan miskin. Aku membawa sedikit sedekah, dan menurutku kalian lebih berhak menerima sedekahku ini daripada oranglain."

Salmanpun menyerahkan sedekah tersebut kepada beliau, kemudian Rasulullah saw bersabda kepada para sahabat,"Silahkan kalian makan, sementara beliau tidak menyentuh sedekah itu dan tidak memakannya. Salman berkata, "Ini satu tanda kenabiyannya."

Salman pulang meninggalkan beliau untuk mengumpulkan sesuatu. Rasulullah saw pun berpindah ke Madinah. Kemudian pada suatu hari, Salman mendatangi beliau sambil berkata, "Aku memperhatikanmu tidak memakan pemberian berupa sedekah, sedangkan ini merupakan hadiah sebagai penghormatanku kepada engkau."

Kemudian Rasulullah makan sebagian dari hadiah pemberianku danmemerintahkan para sahabat untuk memakannya, merekapun makan hadiah itu. Salman berkata dalam hati,"Inilah tanda kenabian yang kedua." Selanjutnya Salman menemui beliau saw saat beliau sedang berada dikuburan Baqi' al-Gharqad, beliau sedang mengantarkan jenazah salah seorang sahabat, beliau mengenakan dua lembar kain, ketika itu, beliau sedang duduk diantara para sahabat, ia mengucapkan salam kepada beliau. Kemudian ia berputar memperhatikan punggung beliau, adakah ia akan melihat cincin yang disebutkan si Fulan kepadanya.

Pada saat Rasulullah saw melihat Salman sedang memperhatikan beliau, beliau mengetahui bahwa ia sedang mencari kejelasan tentang sesuatu ciri kenabian yang disebutkan salah seorang kawannya. Kemudian beliau melepas kain selendang beliau dari punggung, ia berhasil melihat tanda cincin kenabian dan ia yakin bahwa beliau adalah seorang Nabi. Maka Salman telungkup di hadapan beliau dan memeluknya seraya menangis.

Rasulullah bersabda, "Geserlah kemari," maka ia pun bergeser dan menceritakan keadaannya. Kemudian para sahabat takjub kepada Rasulullah saw ketika mendengar cerita perjalanan hidupnya itu." Salman sibuk bekerja sebagai budak. Dan perbudakan inilah yang menyebabkan Salman terhalang mengikuti perang Badar dan Uhud. "Rasulullah saw suatu hari bersabda kepadanya, "Mintalah kepada majikanmu untuk bebas wahai Salman!" Maka majikannya membebaskannya dengan tebusan 300 pohon kurma yang harus aku tanam untuknya dan 40 uqiyah.

Kemudian Rasulullah saw mengumpulkan para sahabat dan bersabda, "Berilah bantuan kepaa saudara kalian ini." Mereka pun membantunya dengan memberi pohon (tunas) kurma. Seorang sahabat ada yang memberinya 30 pohon atau 20 pohon, ada yang 15 pohon dan ada yang 10 pohon, masing-msing sahabat memberinya pohon kurma sesuai dengan kadar kemampuan mereka, sehingga terkumpul benar-benar 300 pohon. Setelah terkumpul, Rasulullah bersabda kepada Salman. " Berangkatlah wahai Salman dan tanamlah pohon kurma ituuntuk majikanmu, jika telah selesai datanglah kemari aku akan meletakkannya ditanganku,"  Ia pun menanamnya dengan dibantu para sahabat. Setelah selesai Salman menghadap Rasulullah saw dan memberitahukan perihalnya.

Kemudian Rasulullah saw keluar bersamanya menuju kebun yang ia tanami itu. Kami dekatkan pohon (tunas) kurma itu kepada beliau dan Rasulullah pun meletakkannya di tangan beliau. Maka demi jiwa Salman yag berada di Tangan Nya, tidak ada sebatang pohon pun yang mati. Untuk tebusan pohon kurma sudah terpenuhi, ia masih mempunyai tanggungan uang sebesar 40 uqiyah. Kemudian Rasulullah saw membawa emas sebesar telur ayam hasil dari rampasan perang. Lantas beliau bersabda, "Apa yang telah dilakukan Salman al-farisi?" Kemudian ia dipanggil beliau, lalu beliau bersabda. "Ambillah emas ini, gunakan untuk melengkapi tebusanmu wahai Salman!"

Wahai Rasulullah saw, bagaimana status emas ini bagiku?" Rasulullah menjawab, "Ambil saja! InsyaAllah, Allah SWT akanmemberi kebaikan kepadanya." Kemudian aku menimbang emas itu. Demi jiwa Salman yang berada di Tangan Nya, berat ukuran emas itu 40uqiyah. kemudian ia penuhi tebusan yang harus ia serahkan kepada majikannya dan ia dimerdekakan. Setelah itu, Salman turut serta bersama Rasulullah saw dalam perang Khandaq dan sejak itu tidak ada satu peperangan yang tidak ia ikuti. " [1]

PELAJARAN YANG DAPAT DIPETIK:
  1. Di antara hasil/buah mentaati kedua orang tua adalah dicintai orang.
  2. Masuk penjara, cekal, rantai adalah cara musuh Islam menghalangi kaum muslimin dalam menegakkan agama Allah.
  3. Jika gigih memperjuangkan keimanan maka urusan dunia terasa ringan.
  4. Berpegang pada keimanan lebih kokoh dari seluruh rayuan.
  5. Hendaknya seorang mukmin senantiasa siap mental menghadapi segala kemungkinan.
  6. Terkadang orang-orang jahat mengenakan pakaian/menampakkan diri sebagai orang baik-baik.
  7. Jalan mencapai ilmu tidak bisa ditempuh melainkan dengan senantiasa dekat dengan orang yang berilmu.
  8. Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Allah memberikan jalan keluar dari problematika hidupnya.
  9. Takaran keimanan seseorang adalah mencintai dan membenci karena Allah.
  10. Di antara akhlak terpuji para nabi adalah mau mendengarkan seseorang yang sedang berbicara dengan baik.
  11. Seorang pemimpin hendaknya senantiasa memantau kondisi bawahannya.
  12. Diperbolehkan membeli budak dari tawanan perang, menghadiahkan dan memerdekakannya.
  13. Saling tolong menolong adalah gambaran dari wujud hidup bermasyarakat.
________________
[1] HR. Ahmad, 5/441; ath-Thabrani dalam al-Kabir (6/222); Ibnu Sa’ad dalam ath-Thabaqat, 4/75; al-Baihaqi dalam al-Kubra, 10/323.

Tuesday, October 1, 2013

Ummul Mukminin, Khadijah al-Kubra ra

Ketika beliau pulang ke Mekkah dan Khadijah melihat betapa amanahnya beliau terhadap harta yang diserahkan kepadanya, begitu juga dengan keberkahan dari hasil perdagangan yang belum pernah didapatinya sebelum itu, di tambah lagi informasi dari budak nya, Maisarah prihal budi pekerti beliau nan demikian manis, sifat-sifatnya yang mulia, ketajaman berfikir, cara bicara yang jujur  dan cara hidup yang penuh amanah, maka dia seakan menemukan apa yang didambakannya selama ini (yakni calon pendamping idaman).

Padahal banyak sekali pemuka dan kepala suku yang demikian antusias untuk menikahinya, namun semuanya ia tolak. Akhirnya ia menyampaikan curahan hatinya kepada teman wanitanya, Nafisah binti Muniyah yang kemudian bergegas menemui beliau Rasulullah dan membeberkan rahasia tersebut kepadanya seraya menganjurkan agar beliau menikahi Khadijah. Beliaupun menyetujuinya dan merundingkan hal tersebut dengan paman-paman nya. Kemudian mereka mendatangi paman Khadijah untuk melamar-nya buat beliau.

Tak berapa lama setelah itu, pernikahan dilangsungkan. Akad tersebut dihadiri oleh Bani Hasyim dan para pemimpin suku Mudhar. Pernikahan tersebut berlangsung dua bulan setelah kepulangan beliau dari negeri Syam. Beliau menyerahkan mahar sebanyak dua puluh ekor unta muda. Ketika itu Khadijah sudah berusia 40 tahun. Dia adalah wanita yang paling terhormat nasabnya, paling banyak hartanya dan paling cerdas otaknya di kalangan kaumnya. Dialah wanita pertama yang dinikahi oleh Rasulullah SAW, beliau tidak pernah memadunya dengan wanita lain hingga dia wafat.

Semua putra-putri beliau (Rasulullah) berasal dari pernikahan beliau dengannya kecuali putra beliau, Ibrahim. Putra-putri beliau dari hasil perkawinan dengannya tersebut adalah :
1. Al Qasim ( dengan nama ini beliau dijulukii)
2. Zainab
3. Ruqqayah
4. Ummu Kultsum
5. Fathimah
6. Abdullah ( julukanya adalah ath-Thayyib [yang baik] dan ath-Thahir [yang suci] )

Semua putra beliau meninggal dunia dimasa kanak-kanak, sedangkan putri-putri beliau semuanya hidup dan pada masa Islam dan memeluk Islam serta juga ikut berhijrah, namun semuanya meninggal dunia semasa beliau (Rasulullah) masih hidup kecuali Fathimah ra yang meninggal enam bulan setelah beliau wafat.

Sumber : Perjalanan Hidup Rasul yang Agung Muhammad dari Kelahiran Hingga Detik-Detik Terakhir
Judul Asli : Ar-Rahiq al-Makhtum
Penulis : Syaikh Shafiyyurrahman al-Mubarakfuri
Penerjemah : Hanif Yahya, Lc. et. al

Monday, September 30, 2013

1508

Dari Abu Hurairah ra bahwa rasulullah SAW bersabda "Jauhilah sifat hasad karena hasad itu memakan (pahala) kebaikan sebagaimana api memakan kayu bakar."

[HR. Abu Dawud]

1468

Dari Abu Hurairah ra bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Lihatlah orang yang berada dibawahmu dan jangan melihat orang yang berada di atasmu karena hal itu lebih patut agar engkau sekalian tidak menganggap rendah nikmat Allah yang telah diberikan kepadamu ."

[Mutaffaq'alaih]

1467

Dari Abu Hurairah ra bahwa Rasulullah SAW bersabda, "hak seorang muslim terhadap sesama muslim ada enam, yaitu
[1] bila engkau berjumpa dengannya ucapkanlah salam
[2] bila ia memanggilmu maka penuhilah
[3] bila ia meminta nasihat kepadamu nasihatilah
[4] bila dia bersin dan mengucapkan alhamdulillah bacalah "Yarhamukallah (artinya : semoga Allah memberikan rahmat kepadamu)
[5] bila dia sakit jenguklah
[6] bila dia meninggla dunia antarkanlah (jenazahnya) 

[HR. Muslim]

Friday, September 27, 2013

"Kisah Istri Sholehah…"



Seorang istri menceritakan kisah suaminya pada tahun 1415 H, ia berkata :

Suamiku adalah seorang pemuda yang gagah, semangat, rajin, tampan, berakhlak mulia, taat beragama, dan berbakti kepada kedua orang tuanya. Ia menikahiku pada tahun 1390 H. Aku tinggal bersamanya (di kota Riyadh) di rumah ayahnya sebagaimana tradisi keluarga-keluarga Arab Saudi. Aku takjub dan kagum dengan baktinya kepada kedua orang tuanya. Aku bersyukur dan memuji Allah yang telah menganugerahkan kepadaku suamiku ini. Kamipun dikaruniai seorang putri setelah setahun pernikahan kami.

Lalu suamiku pindah kerjaan di daerah timur Arab Saudi. Sehingga ia berangkat kerja selama seminggu (di tempat kerjanya) dan pulang tinggal bersama kami seminggu. Hingga akhirnya setelah 3 tahun, dan putriku telah berusia 4 tahun… Pada suatu hari yaitu tanggal 9 Ramadhan tahun 1395 H tatkala ia dalam perjalanan dari kota kerjanya menuju rumah kami di Riyadh ia mengalami kecelakaan, mobilnya terbalik. Akibatnya ia dimasukkan ke Rumah Sakit, ia dalam keadaan koma. Setelah itu para dokter spesialis mengabarkan kepada kami bahwasanya ia mengalami kelumpuhan otak. 95 persen organ otaknya telah rusak. Kejadian ini sangatlah menyedihkan kami, terlebih lagi kedua orang tuanya lanjut usia. Dan semakin menambah kesedihanku adalah pertanyaan putri kami (Asmaa') tentang ayahnya yang sangat ia rindukan kedatangannya. Ayahnya telah berjanji membelikan mainan yang disenanginya…

Saturday, June 8, 2013

~*Pesan Lukman Al Hakim*~


Dalam hidupku,aku memilih 8 kalimat dari para nabi yaitu;
1.Apabila engkau sedang sholat jagalah baik-baik pikiranmu
2.Apabila engkau berada di rumah orang lain jagalah pandanganmu
3.Apabila berada di majlis jagalah lidahmu
4.Apabila hadir dalam jamuan makan jagalah perangaimu
5.Ingat kepada Allah
6.Lupakan budi baikmu pada orang lain
7.Lupakan kesalahan orang lain terhadapmu
8.Ingat mati

Sunday, May 26, 2013

Rumus Tukang Parkir


"di dunia ini, kata yang paling enak adalah kata jika" kalimat ini pernah diucapkan dosen saya ketika mengajar. sebagai orang matematika kata "jika" itu penyelamat dalam segala hal. bagaimana tidak, dengan kata "jka" hal yang tidak mungkin bisa menjadi mungkin. sebagai contohnya : "jika x+y+z=18, berapa nilai z:y:x..?", "jika suatu proyek membutuhkan waktu 60hari untuk menyelesaikannya, berapa lama total hari yang diperlukan untuk menyelesaikkan nya jika selama 7 hari yaitu 2 hari di hari libur dan 5 hari di hari kerja tersebut mengalami keterlambatan?" gampang kan????

weew, kenapa gampang, sesulit apapun soal itu kalau terdapat kata "jika" pastila menjadi mudah... yang sulit adalah menemukan "jika" didalam dunia nyata / "real problem solving". x dalam dunia nyata, y dalam dunia nyata, z dalam dunia nyata,,,, itulah yang sulit, mengubah bahasa rumus kedalam bahasa nyata..

sama halnya dengan rumus ampuh ini, "Rumus Tukang Parkir" . sepele tapi bermakna, seperti apakah isi dari rumus tukang parkir tersebut, 
1. tukang parkir, ia mempunyai mobil/ motor yang banyak tapi ia tidaklah sombang
2. tukang parkir, ia mempunyai mobil/ motor yang mewah tapi ia tidak riya'
3. tukang parkir, ketika mobi/ motor di ambil sang pemiliknya ia tetap ikhlas
kenapa? karena tukang parkir hanya merasa tertitipi, sedangkan ia percaya bahwa suatu saat nanti semua yang menjadi amanahnya akan di minta oleh sang pemilik.

gampang bukan rumus diatas? masyaAllah, untuk mempraktekkan ke dalam dunia nyata itu sungguh diperlukan hati yang qonaah, ikhlas, dan iman yang kuat. tak akan ada lagi kesedihan, galau, marah, putus asa jika rumus tersebut mampu di praktekkan ke dalam  real problem solving nya... 

إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهَ رَاجِعُوْنَ
Sesungguhnya kita milik Allah dan kepada-Nya kita kembali.”

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
وَبَشِّرِ الصَّابِرِيْنَ. الَّذِيْنَ إِذَا أَصَابَتْهُمْ مُصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُوْنَ. أُولَئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ مِنْ رَبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُهْتَدُوْنَ
Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah mereka mengucapkan: ‘Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un.’ Mereka itulah yang mendapat keberkahan yang sempurna dan rahmat dari Rabb mereka, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (Al-Baqarah: 155-157)

Seorang mukmin hendaklah yakin bahwa apa yang ditakdirkan Allah Subhanahu wa Ta’ala niscaya akan menimpanya, tidak meleset sedikit pun. Sedangkan apa yang tidak ditakdirkan oleh-Nya pasti tidak akan menimpanya. 

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
مَا أَصَابَ مِنْ مُصِيْبَةٍ فِي اْلأَرْضِ وَلاَ فِي أَنْفُسِكُمْ إِلاَّ فِي كِتَابٍ مِنْ قَبْلِ أَنْ نَبْرَأَهَا إِنَّ ذَلِكَ عَلَى اللهِ يَسِيْرٌ. لِكَيْ لاَ تَأْسَوْا عَلَى مَا فَاتَكُمْ وَلاَ تَفْرَحُوا بِمَا ءَاتَاكُمْ وَاللهُ لاَ يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُوْرٍ
Tiada suatu bencana pun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauh Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. (Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri.” (Al-Hadid: 22-23)

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَا يَزَالُ الْبَلاَءُ بِالْمُؤْمِنِ وَالْمُؤْمِنَةِ فِي جَسَدِهِ وَمَالِهِ وَوَلَدِهِ حَتَّى يَلْقَى اللهَ وَمَا عَلَيْهِ خَطِيْئَةٌ
Senantiasa bala` (cobaan) menimpa seorang mukmin dan mukminah pada tubuhnya, harta dan anaknya, sehingga ia berjumpa dengan Allah dalam keadaan tidak memiliki dosa.” (HR. Ahmad, At-Tirmidzi, dan lainnya, dan dinyatakan hasan shahih oleh Asy-Syaikh Al-Albani dalam Shahih Sunan At-Tirmidzi, 2/565 no. 2399)

‘Al-Imam Ibnul Jauzi menyebutkan beberapa perkara untuk mengobati musibah sehingga seorang tidak berlarut-larut dalam kesedihan yang bisa membinasakan dan mengabaikan hak dan kewajiban, yaitu:
- Mengetahui bahwa dunia tempat ujian dan petaka serta bahwa musibah suatu hal yang pasti terjadi.
- Memperkirakan adanya orang yang ditimpa musibah lebih besar dan banyak dari musibahnya, serta melihat keadaan orang yang ditimpa musibah seperti musibahnya sehingga ia terhibur karena bukan hanya dia saja yang terkena musibah.
- Meminta ganti yang lebih baik kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan mengharap pahala dari kesabarannya.
(Diambil dari kitab Tasliyatu Ahlil Masha`ib karya Al-Imam Muhammad Al-Munbajja Al-Hanbali -dengan ringkas- hal. 13-22)


semoga kita dikembalikan dalam keadaan bercahaya lagi mulia, aamiin


Thursday, January 31, 2013

TAFAKKUR; MATA AIR KEHIDUPAN JIWA



Bismillahirrahmannirahim,

SATU ibadah yang cukup ringan dilakukan namun sangat bernilai di sisi الله سبحانه وتعالى adalah tafakur. Rasulullah صلی الله علیﻪ و سلم pernah bersabda:

“Tafakur sesaat lebih baik daripada ibadah satu tahun.”
(HR. Bukhari)



Allah subhana wa Ta'ala berfirman :

“Maka Apakah kamu tidak merenung?” (Al An’am: 50)

“Supaya kamu berfikir (tafakkur).” (Al-Baqarah: 219)

Dalam firman-NYA juga kita bisa mengetahui, bahwa tafakur merupakan diantara ibadah yang melekat pada diri orang-orang yang cerdas di mata الله سبحانه وتعالى


“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal (cerdas). (yaitu) orang-orang yang mengingat الله sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan Kami, Tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha suci Engkau, Maka peliharalah Kami dari siksa neraka.” (Ali Imran 190-191)


Banyaknya lingkungan di sekitar kita yang bisa direnungi. Betapa Maha Besar dan Keagungan Allah begitu terasa dalam penciptaan alam semesta. 



Jika kita terus menghidupkan mata hati, sesungguhnya petunjuk Allah akan terasa ada dimana-mana. Subhanallah ..


“Maka Apakah mereka tidak mentadabburi (merenungi) Al Quran? Kalau kiranya Al Quran itu bukan dari sisi الله, tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak di dalamnya.” (An-Nisa’: 82)


“Maka Apakah mereka tidak mentadabburi (merenungi) Al Quran ataukah hati mereka terkunci?” (Muhammad: 4)



Tadabbur الْقُرْآنَ bisa mengkondisikan hati kita, membuat hati kembali menjadi khusyu’, menjadi tenang dan tentram.


“Kalau sekiranya Kami turunkan Al-Quran ini kepada sebuah gunung, pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah belah disebabkan ketakutannya kepada الله. dan perumpamaan-perumpamaan itu Kami buat untuk manusia supaya mereka berfikir.” (Al-Hasyr: 21)


“Dan di muka bumi ada tanda-tanda (kekuasaan الله) bagi orang-orang yang yakin. Dan (juga) pada diri kalian, apakah kalian tidak berfikir (merenungi).” (Adz Dzariyat: 20-21)

Sebagaimana الله سبحانه وتعالى menegur siapa yang tidak merenungi (tadabbur) الْقُرْآنَ, Ia juga menegur siapa yang tidak pernah berupaya untuk merenungi kekuasaan-NYA di alam semesta. Firman-NYA berbunyi:

”Dan banyak sekali tanda-tanda (kekuasaan الله) di langit dan di bumi yang mereka melaluinya, sedang mereka berpaling dari padanya.”(Yusuf: 105)

“Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat الله dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka), dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan Alkitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras. dan kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang yang fasik.” (Al-Hadid: 16)



Alangkah indah dan sejuknya Doa Rasulullah SAW :

“Ya الله, jadikanlah الْقُرْآنَ sebagai bulan semi (penyejuk) hatiku, pelepas kesedihan dan kegundahanku.”


Subhanallah , Aamin ya Robbal alamin ..



Wallahu a'lam bishawab
Bicara Hidayah 

... KETIKA MUHAMMAD SAW MENYAYANGI SEORANG YAHUDI ...



Kisah Keagungan Muhammad SAW -2 : KETIKA MUHAMMAD SAW MENYAYANGI SEORANG YAHUDI

Di sudut pasar Madinah ada seorang pengemis Yahudi buta yang setiap harinya selalu berkata kepada setiap orang yang mendekatinya, “Wahai saudaraku, jangan dekati Muhammad, dia itu orang gila, dia itu pembohong, dia itu tukang sihir, apabila kalian mendekatinya maka kalian akan dipengaruhinya.”

Wednesday, January 30, 2013

Pesona Hati Julaibib


Julaibib namanya. Berpenampilan lusuh, postur tubuh kecil dan rupa yang tidak terlalu menarik, membuat adanya seperti tiadanya. Tak diketahui jelas siapa ayah dan kakek moyangnya. Padahal bagi bangsa Arab nasab adalah sesuatu yang sangat penting. Para sahabat pun tidak banyak yang menaruh perhatian padanya.
Lantas apa menariknya Julaibib? Saat ia mati syahid, Rasulullah saw bertanya kepada para sahabat di akhir pertempuran, “Apakah kalian kehilangan seseorang?” Serempak para sahabat menjawab, “Tidak, ya Rasulullah.” Beliau mengulang pertanyaan itu tiga kali dan mendapat jawaban yang sama. Dengan menarik napas dalam, Rasulullah bersabda, “Tetapi aku kehilangan Julaibib.” Serentaklah para sahabat mencarinya.
Julaibib ditemukan berlumuran darah dengan 16 luka di bagian depan badannya, di tengah gelimpangan tujuh orang musuh. Rasulullah mengafaninya seraya berkata, “Ya Allah, dia bagian dari diriku dan aku bagian dari dirinya.”
Sahabat, banyak di antara kita yang telah dianugerahi Allah nikmat berlimpah—harta, kedudukan, kesehatan, dan lainnya. Di atas semua itu, Allah telah menganugerahkan nikmat iman dan Islam. Namun sering kali nikmat iman tidak mampu mengendalikan diri kita untuk bersyukur dengan limpahan nikmat dunia.
Kita merasa selalu kurang, seperti kurang harta, sehingga menyeret kita untuk korupsi. Dalam skala lebih kecil dan sederhana, rasa tidak percaya diri dan minder kerap hinggap karena kita selalu merasa kurang. Kurang cantik, misalnya, padahal demikianlah Allah menakdirkan rupa kita. Lebih disayangkan lagi ketika kita tidak mampu menyikapi semua itu dengan iman.
Iman kepada Rasulullah dan perkataan beliau semestinya menggairahkan kita untuk meraih kemuliaan di sisi Allah bukan dari ukuran fisik. Bukankah Rasulullah bersabda,  “Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada jasad dan rupa kalian akan tetapi Allah melihat hati-hati kalian.”
Sahabat, Julaibib telah memberi teladan bahwa postur tubuh, tampilan rupa, strata sosial tidak harus membuat kita rendah diri. Ia telah mengajarkan kita bahwa semua berhak mendapatkan tempat mulia di sisi Allah. Tak peduli orang sekitar menganggap adanya seperti tiadanya.
Ia lebih fokus pada upaya menyucikan hatinya. Ia lebih bersemangat mematutkan hati agar mendapat tempat mulia di sisi-Nya. Ia lebih memilih surga dan para bidadari daripada dunia.
Julaibib membuat Allah dan Rasul-Nya terpesona sehingga Rasulullah mengatakan, “Dia bagian dari diriku dan aku bagian dari dirinya.” Julaibib telah mendahului kita mengambil posisi mulia di sisi Allah. Lalu apakah kita sudah berusaha menyusulnya?

sumber : http://ummi-online.com

Friday, January 25, 2013

Malam Pertama di Alam Kubur



Bagaimana suasana malam pertama di alam kubur… Bagaimana kedasyatan siksaannya…? Dosa-dosa apakah yang menyebabkan siksaan kubur…? Bagaimana kaedah menjemput kematian terindah…?

“Setiap yang bernyawa pasti merasai mati, Wahai jiwa yang tenang, Pulanglah kehadrat Tuhan mu dengan gembira dan diredhai, masuklah dalam jemaah hamba-hamba-Ku, dan masuk pula dalam syurga-Ku…

Pada hari itu ia begitu bahagia, menikmati indahnya alam ciptaan Allah, bersama anak dan keluarga, penuh keceriaan, hidup dalam kesenangan dan kehidupan yang terjamin, tertawa melihat telatah anak-anaknya, demikian pula dia ditertawakan oleh anak-anaknya… lalu tiba-tiba ia didatangi oleh suatu malam, malam disaat dia dijemput oleh kematiannya…

Sakarat….. Sakaratul Maut….

“Dan datangnya sakaratul maut itu benar… Itulah yang kamu selalu lari dari padanya… Ditiuplah sangkakala Hari terlaksananya Ancaman… Setiap jiwa datang dengan malaikat yang jadi saksi… Sungguh kami lalai akan kenyataan ini… Maka kami singkapkan kakitanganmu, pada hari itu hingga penglihatanmu menjadi jelas” (Qaf: 19-22).

Malam itulah malam pertama ia berada dalam alam kubur… sendiri dikecam oleh kesunyian, tanpa anak dan isteri/suami juga sahabat karib… yang ada hanyalah amal… inilah malam pertama anak kita menjadi yatim, dan isteri/suami kita menjadi janda/duda… malam pertama yang menggusur dari tempat tidur yang empuk menuju dinginnya tanah berselimutkan kafan… inilah malam yang mengusir kita dari rumah mewah dan megah.. menempati liang lahad yang gelap dan sempit… kelmarin malam kita masih berpesta, makan dan minum bersama sahabat karib… tiba-tiba kita masuk pada malam pertama dimana kita menjadi santapan cacing tanah dan serangga… pada malam ini kita baru sedar.. Ternyata… HARTA, KELUARGA, PEKERJAAN yang keras kita mencarinya sampai lalai dari mengingati Allah… tidak sedikitpun daripada semua itu menemani dan membela kita…

Allah SWT berfirman, “Bermegah-megahan telah melalaikan kamu, sampai kamu masuk kedalam kubur, janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui akibat perbuatanmu” (At-Takatsur: 1-3)

Inilah malam episod pertama dari alam akhirat, kuburan boleh menjadi taman syurga, sebaliknya ia boleh menjadi satu lubang dari lubang-lubang neraka… inilah kematian datang dengan tiba-tiba… ia datang tepat pada waktunya… tidak lambat dan tidak cepat… meragut dengan paksa, melenyapkan segala nikmat dunia.. tidak pernah menilai kita tua atau muda, kaya atau miskin, sihat atau sakit… ia datang untuk mengeluarkan manusia dari alam kehidupan yang selama ini kita jalani.. ketahuilah rumah yang kukuh dan megah tidak akan mampu membentengi datangnya sang pencabut nyawa…

Banyaknya wang di bank tidak mampu memberi rasuah kepada Malaikat untuk undurkan waktu kematiannya… inilah realiti kematian… sudah bersiapkah kita menghadapi malam pertamanya… Bukankah Rasulullah Saw ada bersabda “ Orang yang bijak adalah yang sentiasa mengingati mati di antara kamu, dan ada bekalan setelah kematiannya..” Marilah kita siapkan bekalan untuk menjadi penyinar di alam kubur nanti… demi Allah, tiada yang sanggup menerangkannya melainkan dengan iman dan amal yang soleh..

Metode Menjemput Kematian…

“Kematian adalah nasihat terbaik dan guru kehidupan, sedikit sahaja kita lengah dari memikirkan kematian, maka kita akan kehilangan guru terbaik dalam kehidupan”

Sesungguhnya manusia telah memilih bagaimana akhir hidupnya… dan pilihan itu ada pada bagaimana ia menjalani kehidupannya… sebagaimana ia menjalani kehidupannya seperti itulah berakhirnya kematiannya… kerana sesungguhnya dengan menjalani kehidupan bererti kita sedang menuju kepada kematian kita…

Pernahkah kita mendengar berita tentang seorang penzina mati di katil hotel diatas perut pasanganya… seorang penagih dadah mati ketika menghisapnya… dan para penjudi mati diatas meja judinya… begitu juga kita pernah mendengar ahli ibadah mati di atas tikar sejadahnya…

Alangkah malangnya, saat ajal tiba kita masih berlumur dosa berbalut nista… inilah malam pertama kita DI ALAM KUBUR… sendiri, di cekam sepi gelap yang tidak pernah terbayang… hilanglah sudah… semua gemerlapnya DUNIA… RUMAH dengan jerih payah bertahun-tahun telah kita bangunkan… ISTERI/SUAMI dan pengabdiannya begitu tulus… ANAK, yang padanya darah daging kita… ORANG TUA yang titisan kasih sayangnya.. mengalir di tubuh kita… dan PEKERJAAN, yang bermati-matian kita habiskan waktu untuknya… KERETA MEWAH yang selalu menjadi kebanggaan… tapi kini hari itu telah pergi… masa pun telah tiada… yang tersisa hanya dosa… yang terus terbayang…

TERINGAT… akan ISTERI/SUAMI yang sentiasa dinafikan hak-haknya… ANAK, yang telah kita kotori tubuhnya dari nafkah yang HARAM… ORANG TUA, yang di sisa hidupnya belum sempat dibahagiakan… SAHABAT KARIB, yang meminta bantuan kita biarkan… dan KAWAN-KAWAN, yang telah banyak kita kecewakan…

Ya ALLAH, masihkah ada hari milik-Mu untukku… agar boleh ku lunaskan segala urusan… lilitan hutang yang belum terbayar… banyaknya AMANAH dan KEPERCAYAAN yang tidak disampaikan… beribu JANJI yang sering diingkari… dan WANG RASUAH, yang telah kita nikmati dan kita bagi… namun kini, PINTU-MU… sudah tertutup rapat… bertaubat sudah terlambat, menyesali diri sudah tidak bererti… dan tinggallah sendiri menanggung beban DOSA dan KESALAHAN yang tidak terMAAFKAN… merasakan PENDERITAAN yang PANJANG yang tiada berakhir… SEKARANG, adakah dalam hati kita MATI itu sebagai PENASIHAT..??? Semoga selagi masih ada waktu…

Fasa-Fasa Alam Kubur

Kesempitan kubur, pertanyaan malaikat, azab atau nikmat kubur, ditempatkannya ruh dan kebangkitan…

Alam kubur adalah alam perantaraan kehidupan dunia dan akhirat yang dimulai setelah kematian dan berakhir selepas kebangkitan… selama masa ini, seorang yang beriman merasa bahagia… sementara orang kafir merasa sengsara… orang yang sudah mati akan dihimpit dalam kubur… siapa pun ia kafir atau muslim akan merasakan himpitan kubur… bezanya penyimpitan yang dirasakan seorang mukmin tidak berlaku selamanya, tidak seperti orang kafir yang akan berterusan himpitan kuburnya sampai hancur tulang-tulangnya…

Sebagaimana sabda Rasulullah saw: “Sesungguhnya kubur itu memiliki himpitan, seandainya ada orang yang selamat darinya, maka selamatlah Sa’ad Bin Mu’adz…” Sa’ad Bin Mu’adz akan mengalami himpitan kubur, padahal ia adalah seorang pemimpin penuh kemuliaan, kematiannya menggoncangkan ‘Arasy, dibukakan baginya pintu-pintu langit, Kasyahidannya disaksikan oleh 70 ribu malaikat…

Hadis yang diriwayatkan oleh Nasa’I dari Rasulullah SAW: “Kematiannya menggoncangkan ‘Arasy, dibukakan baginya pintu-pintu langit, pintu yang banyak, Kesyahidannya disaksikan oleh 70 ribu malaikat, maka sungguh ia mengalami himpitan kubur, kemudian Allah melapangkanya.”

Apabila Sa’ad Bin Mu’adz seorang pemimpin yang besar, hamba Alah yang soleh dan mendapatkan mati Syahid mengalami himpitan kubur… bagaimana dengan kita..? Allahuakhbar… Ya Allah Terimalah taubat-ku… selamatkanlah aku dari azab kubur…

Rasulullah SAW bersabda “Seorang manusia apabila diletakkan dia di dalam kuburnya dan sahabatnya berpaling pulang sedang ia mendengar suara sandal mereka akan datang kepadanya dua malaikat dan mendudukkannya dan bertanya… SIAPAKAH TUHAN-MU…?, SIAPAKAH NABI-MU…?, APAKAH AGAMA-MU…?… dia menjawab, ALLAH ADALAH TUHAN-KU… MUHAMMAD ADALAH NABI-KU… ISLAM ADALAH AGAMA-KU…

Terdengarlah seruan dari langit, “Benar.. Hambaku, hamparkan baginya tikar dari syurga, lalu angin dan wangi syurga datang kepadanya kemudian kubur diluaskan seluas mata memandang, seorang yang rupawan datang menemaninya, yang tiada lain itulah amal solehnya.” (Hadis riwayat Ahmad, Abu Daud, Hakim dan Baihaqi).

Benarkah kita… boleh menjawabnya…? Dari lisan yang jarang menyebut Asma-Nya… dan ibadah yang sering kita remehkan… Serta sunnah Rasul… yang kita abaikan… pada saat itu… kita hanya mampu menjawab… TIDAK… TIDAK… TIDAAAKKKKK…

Terdengarlah suara penyeru dari langit… Hambaku ini seorang pendusta… Hamparkan padanya tikar dari api neraka, bukakan baginya pintu neraka, panas dan keringnya neraka mendatanginya… Kubur disempitkan sampai pecah tulang-tulangnya… seorang berwajah buruk berpakaian buruk dan berbau busuk datang kepadanya… Yang tiada lain itulah amal buruknya…

Tragedi… Siksa Kubur

“Aisyah Ra bertanya tentang azab kubur, Rasulullah SAW menjawab: Ya, azab kubur pasti ada.” (HR. Bukhari – Dalam Kitab Al-Janaiz).

“Aisyah Ra meriwayatkan bahawa Rasulullah SAW berdoa dalam solatnya, “Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari azab kubur…” (HR. Mutafaqun Alaih).

“Ketika orang-orang yang derhaka kepada Allah tidak mampu menjawab pertanyaan malaikat, lalu ia dipukul dengan besi… hingga ia menjerit dengan teriakan yang sangat keras… didengar oleh semua makhluk Allah, kecuali Jin dan Manusia,” (HR. Bukhari dan Muslim).

Saatnya kita menyaksikan… kejadian nyata tentang siksa kubur yang berlaku di Jazirah Arab… Seorang pemuda yang dikeluarkan dari kuburnya setelah beberapa jam dia dikuburkan… Akibat mengalami azab kubur, pemuda tersebut telah berubah wajah dan jasadnya… Pemuda tersebut merupakan remaja muslim yang meninggal pada usia 18 tahun… seorang pemuda yang rosak akhlak dan agamanya… dan sering melalaikan solat… hampir tiga (3) jam pemuda tersebut dikuburkan, pihak keluarga meminta kubur tersebut digali semula untuk keperluan tertentu…

Dan apa yang terjadi selepas mayat tersebut dikeluarkan… pandangan yang sangat mengaibkan… Rambut yang hitam menjadi putih… Dari mulut dan hidung keluar darah yang masih merah pekat… seperti baru mengalami siksaan kubur yang sangat keras… seperti ada yang memukul dibahagian belakang kepalanya… dengan wajah seperti dilemas dan membeku…

Bagi seorang muslim… ini adalah pengajaran yang sangat-sangat berharga agar segera memperbaiki hidupnya… dengan bertaubat dari dosa-dosa yang telah dilakukan…

Sementara itu… sebagai pengajaran dan iktibar untuk kita…

Suara jeritan jutaan manusia di alam bumi yang lain… di sebuah lubang galian yang berada di daerah Siberia… Dr. Azzacove bersama kumpulannya telah melakukan sebuah kajian tentang pergerakan perut bumi di daerah Siberia, Rusia… kemudian mereka memasang alat pembesar suara supersensitive untuk mendengar suara pergerakan perut bumi… sebuah penemuan yang sangat mengejutkan, ketika mesin penggali sampai pada salah satu perut/kulit bumi… dari ruang/alam bumi yang lain, terdengar suara manusia berteriakan sangat keras dalam kesakitan… bahkan suara jeritan itu jumlahnya bukan seorang tetapi ribuan bahkan jutaan orang… sebagai seorang muslim kita tidak akan ragu lagi bahawa suara tersebut adalah suara manusia yang sedang disiksa di ALAM KUBUR…

Sebab-Sebab Siksa Kubur…

Ibnu Qoyyim Rahimahullah, dalam kitab Ar-Ruh menyebutkan ada beberapa dosa dan maksiat yang dapat menyebabkan kita disiksa di ALAM KUBUR, diantaranya :

1. Melalaikan Solat
2. Membaca al-Quran kemudian melupakannya
3. Tidak bersuci setelah membuang hadas kecil
4. Berkata bohong
5. Tidak membayar zakat
6. Corak kehidupan yang berlebih-lebihan
7. Memakan riba
8. Rasuah
9. Memfitnah sesama saudara muslim
10. Khianat terhadap amanah
11. Enggan menolong sesama muslim
12. Meminum arak
13. Berzina
14. Membunuh

“Wahai anak Adam… Sesungguhnya apa yang kau minta dari-Ku… dan yang kau harapkan dari-Ku… Ampunan-Ku bagimu yang meminta dan tidak bagi yang enggan…”

“Wahai anak Adam… Meskipun dosamu sepenuh petala langit… kemudian engkau meminta ampun pada-Ku… Ampunan-Ku bagimu dan tidak bagi yang enggan…”

“Wahai anak Adam… Seandainya kau datang pada–Ku dengan kesalahan seluas bumi… kemudian engkau datang kepada-Ku… dan tidak berbuat syirik pada-Ku dengan sesuatu pun… Sungguh Aku akan berikan kepadamu ampunan…”

Ya Allah… terimalah taubatku… Ya Allah… terimalah taubatku… Ya Allah… terimalah taubatku…

Alangkah bahagianya… seandainya maut menjemput kita sedang berurai air mata merasakan manisnya iman dalam sujud penghambaan… rindu akan perjumpaan dengan-Nya…

Alangkah indahnya air mata yang selalu berlinang dari munajat seorang anak soleh kepada Allah… Merindukan kemuliaan dan keselamatan bagi kedua orang tuanya… taburan doanya menjadi cahaya yang menerangi dari gelapnya ALAM KUBUR…

Doa-doanya menghantar kepulangan orang tuanya pada Allah dalam Husnul Khatimah… rintihan dan munajatnya menjadi benteng yang kukuh sebagai penghalang dari azab dan siksa kubur… Doa yang tiada terputus mengalir dari ketulusan dan keheningan hati agar orang tuanya dalam kasih sayang Allah..

sumber : andikanatasurya.wordpress.com

Wednesday, January 23, 2013

... INILAH SEDEKAH - SEDEKAH YANG PALING UTAMA ...



Bismillahir-Rahmaanir-Rahim ... Shadaqah adalah baik seluruhnya, namun antara satu dengan yang lain berbeda keutamaan dan nilainya, tergantung kondisi orang yang bersedekah dan kepentingan proyek atau sasaran shadaqah tersebut. Di antara shadaqah yang utama menurut Islam adalah sebagai berikut:

1. Shadaqah Sirriyah ....

Yaitu shadaqah yang dilakukan secara sembunyi-sembunyi. Shadaqah ini sangat utama karena lebih medekati ikhlas dan selamat dari sifat pamer. Allah subhanahu wata’ala telah berfirman,

“Jika kamu menampakkan sedekahmu, maka itu adalah baik sekali. Dan jika kamu menyembunyikannya dan kamu berikan kepada orang-orang fakir, maka menyembunyikan itu lebih baik bagimu. Dan Allah akan menghapuskan dari kamu sebagian kesalahan-kesalahanmu; dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Baqarah [2]:271)

Yang perlu kita perhatikan di dalam ayat di atas adalah, bahwa yang utama untuk disembunyikan terbatas pada shadaqah kepada fakir miskin secara khusus. Hal ini dikarenakan ada banyak jenis shadaqah yang mau tidak mau harus tampak, seperti membangun sekolah, jembatan, membuat sumur, membekali pasukan jihad dan lain sebagainya.

Di antara hikmah menyembunyikan shadaqah kepada fakir miskin adalah untuk menutup aib saudara yang miskin tersebut. Sehingga tidak tampak di kalangan manusia serta tidak diketahui kekurangan dirinya. Tidak diketahui bahwa tangannya berada di bawah, bahwa dia orang papa yang tak punya sesuatu apa pun.Ini merupakan nilai tambah tersendiri dalam ihsan terhadap orang fakir.

Oleh karena itu Nabi shallallahu ‘alihi wasallam memuji shadaqah sirriyah ini, memuji pelakunya dan memberitahukan bahwa dia termasuk dalam tujuh golongan yang dinaungi Allah nanti pada hari Kiamat. (Thariqul Hijratain)

2. Shadaqah Dalam Kondisi Sehat .....

Bersedekah dalam kondisi sehat dan kuat lebih utama daripada berwasiat ketika sudah menjelang ajal, atau ketika sudah sakit parah dan tipis harapan kesembuhannya. Rasulullah shallallahu ‘alihi wasallam bersabda,

“Shadaqah yang paling utama adalah engkau bershadaqah ketika dalam keadaan sehat dan bugar, ketika engkau menginginkan kekayaan melimpah dan takut fakir. Maka jangan kau tunda sehingga ketika ruh sampai tenggorokan baru kau katakan, “Untuk fulan sekian, untuk fulan sekian.” (HR.al-Bukhari dan Muslim)

3. Shadaqah Setelah Kebutuhan Wajib Terpenuhi ....

Allah subhanahu wata’ala telah berfirman,

“Dan mereka bertanya kepadamu apa yang mereka nafkahkan. Katakanlah, “Yang lebih dari keperluan”. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu supaya kamu berfikir.” (QS. Al-Baqarah [2]:219)

Nabi shallallahu ‘alihi wasallam bersabda,
“Tidak ada shadaqah kecuali setelah kebutuhan (wajib) terpenuhi.”

Dan dalam riwayat yang lain,

“Sebaik-baik shadaqah adalah jika kebutuhan yang wajib terpenuhi.”
(Kedua riwayat ada dalam al-Bukhari)

4. Shadaqah dengan Kemampuan Maksimal .....

Berdasarkan sabda Nabi shallallahu ‘alihi wasallam,
“Shadaqah yang paling utama adalah (infak) maksimal orang yang tak punya. Dan mulailah dari orang yang menjadi tanggunganmu.” (HR. Abu Dawud)

Beliau juga bersabda,

“Satu dirham telah mengalahkan seratus ribu dirham.” Para sahabat bertanya,” Bagaimana itu (wahai Rasululullah)? Beliau menjawab, “Ada seseorang yang hanya mempunyai dua dirham lalu dia bersedakah dengan salah satu dari dua dirham itu. Dan ada seseorang yang mendatangi hartanya yang sangat melimpah ruah, lalu mengambil seratus ribu dirham dan bersedekah dengannya.” (HR. an-Nasai, Shahihul Jami’)

Al-Imam al-Baghawi rahimahullah berkata, “Hendaknya seseorang memilih untuk bersedekah dengan kelebihan hartanya, dan menyisakan untuk dirinya kecukupan karena khawatir terhadap fitnah fakir.

Sebab boleh jadi dia akan menyesal atas apa yang dia lakukan (dengan infak seluruh atau melebihi separuh harta) sehingga merusak pahala. Shadaqah dan kecukupan hendaknya selalu eksis dalam diri manusia.

Rasululllah shallallahu ‘alihi wasallam tidak mengingkari Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu yang keluar dengan seluruh hartanya, karena Nabi tahu persis kuatnya keyakinan Abu Bakar dan kebenaran tawakkalnya, sehingga beliau tidak khawatir fitnah itu menimpanya sebagaimana Nabi khawatir terhadap selain Abu Bakar.

Bersedekah dalam kondisi keluarga sangat butuh dan kekurangan, atau dalam keadaan menanggung banyak hutang bukanlah sesuatu yang dikehendaki dari sedekah itu. Karena membayar hutang dan memberi nafkah keluarga atau diri sendiri yang memang butuh adalah lebih utama.

Kecuali jika memang dirinya sanggup untuk bersabar dan membiarkan dirinya mengalah meski sebenarnya membutuhkan sebagaimana yang dilakukan Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu dan juga itsar (mendahulukan orang lain) yang dilakukan kaum Anshar terhadap kaum Muhajirin.” (Syarhus Sunnah)

5. Menafkahi Anak Istri .....

Berkenaan dengan ini Rasulullah shallallahu ‘alihi wasallam bersabda,

“Seseorang apabila menafkahi keluarganya dengan mengharapkan pahalanya maka dia mendapatkan pahala sedekah.” ( HR. al-Bukhari dan Muslim)

Beliau juga bersabda,

“Ada empat dinar; Satu dinar engkau berikan kepada orang miskin, satu dinar engkau berikan untuk memerdekakan budak, satu dinar engkau infakkan fi sabilillah, satu dinar engkau belanjakan untuk keluargamu. Dinar yang paling utama adalah yang engkau nafkahkan untuk keluargamu.” (HR. Muslim)

6. Bersedekah Kepada Kerabat .....

Diriwayatkan bahwa Abu Thalhah radhiyallahu ‘anhu memiliki kebun kurma yang sangat indah dan sangat dia cintai, namanya Bairuha’. Ketika turun ayat,

“Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sebahagian harta yang kamu cintai.” (QS. 3:92)

Maka Abu Thalhah mendatangi Rasulullah dan mengatakan bahwa Bairuha’ diserahkan kepada beliau, untuk dimanfaatkan sesuai kehendak beliau. R

asulullah shallallahu ‘alihi wasallam menyarankan agar ia dibagikan kepada kerabatnya. Maka Abu Thalhah melakukan apa yang disarankan Nabi tersebut dan membaginya untuk kerabat dan keponakannya.(HR. al-Bukhari dan Muslim)

Nabi shallallahu ‘alihi wasallam juga bersabda,

“Bersedakah kepada orang miskin adalah sedekah (saja), sedangkan jika kepada kerabat maka ada dua (kebaikan), sedekah dan silaturrahim.” (HR. Ahmad, an-Nasa’i, at-Tirmidzi dan Ibnu Majah)

Secara lebih khusus, setelah menafkahi keluarga yang menjadi tanggungan, adalah memberikan nafkah kepada dua kelompok, yaitu:

* Anak yatim yang masih ada hubungan kerabat, sebagaimana firman Allah subhanahu wata’ala,

”(Yaitu) melepaskan budak dari perbudakan, atau memberi makan pada hari kelaparan, (kepada) anak yatim yang masih ada hubungan kerabat, atau orang miskin yang sangat fakir.” (QS. Al-Balad [90]:13-16)

* Kerabat yang memendam permusuhan, sebagaimana sabda Nabi,

“Shadaqah yang paling utama adalah kepada kerabat yang memendam permusuhan.” (HR. Ahmad, Abu Dawud dan at-Tirmidzai, Shahihul jami’)

7. Bersedekah Kepada Tetangga ....

Allah subhanahu wata’ala berfirman di dalam surat an-Nisa’ ayat 36, di antaranya berisikan perintah agar berbuat baik kepada tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh. Dan Nabi juga telah bersabda memberikan wasiat kepada Abu Dzar radhiyallahu ‘anhu,
“Jika engkau memasak sop maka perbanyaklah kuahnya, lalu bagilah sebagiannya kepada tetanggamu.” (HR. Muslim)

8. Bersedekah Kepada Teman di Jalan Allah ...

Rasulullah shallallahu ‘alihi wasallam bersabda,
“Dinar yang paling utama adalah dinar yang dinafkahkan seseorang untuk keluarganya, dinar yang dinafkahkan seseorang untuk kendaraannya (yang digunakan) di jalan Allah dan dinar yang diinfakkan seseorang kepada temannya fi sabilillah Azza wa Jalla.” (HR. Muslim)

9. Berinfak Untuk Perjuangan (Jihad) di Jalam Allah ....

Amat banyak firman Allah subhanahu wata’ala yang menjelaskan masalah ini, di antaranya,

“Berangkatlah kamu baik dalam keadaan ringan ataupun merasa berat, dan berjihadlah dengan harta dan jiwa pada jalan Allah.” (QS. At-Taubah [9]:41)

Dan juga firman Allah subhanahu wata’ala,

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjihad dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah, mereka itulah orang-orang yang benar.” (QS. Al-Hujuraat [49]:15)

Di dalam sebuah hadits, Nabi shallallahu ‘alihi wasallam bersabda,

“Barang siapa mempersiapkan (membekali dan mempersenjatai) seorang yang berperang maka dia telah ikut berperang.” (HR. al-Bukhari dan Muslim)

Namun perlu diketahui bahwa bersedekah untuk kepentingan jihad yang utama adalah dalam waktu yang memang dibutuhkan dan mendesak, sebagaimana yang terjadi pada sebagian negri kaum Muslimin.

Ada pun dalam kondisi mencukupi dan kaum Muslimin dalam kemenangan maka itu juga baik akan tetapi tidak seutama dibanding kondisi yang pertama.

10. Shadaqah Jariyah .....

Yaitu shadaqah yang pahalanya terus mengalir meskipun orang yang bersedekah telah meninggal dunia. Nabi shallallahu ‘alihi wasallam bersabda,

“Jika manusia meninggal dunia maka putuslah amalnya kecuali tiga hal; Shadaqah jariyah, ilmu yang diambil manfaat dan anak shalih yang mendoakannya.” (HR. Muslim)

Di antara yang termasuk proyek shadaqah jariyah adalah pembangunan masjid, madrasah, pengadaan sarana air bersih dan proyek-proyek lain yang dimanfaatkan secara berkelanjutan oleh masyarakat.

Wallahu’alam bishshawab, ..
Wabillahi Taufik Wal Hidayah, ...

Salam Terkasih ..
Dari Sahabat Untuk Sahabat ...

... Semoga tulisan ini dapat membuka pintu hati kita yang telah lama terkunci ...

~ o ~